Monday, November 14, 2016

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

Hasil gambar untuk filsafat ilmu

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Oleh: Denda Prayogo, Dkk.

Definisi Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu merupakan bagian dari Epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengtahuan ilmiah). Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998).

Hasil gambar untuk filsafat ilmu
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun dari bahasa yunani: philosophia yang terdiri dari philos(cinta) atau philia(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos(hikmah, kebijaksanaana,pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran(love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arabnya disebut failasuf. Harun Nasution mengatakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafa dengan wazan(timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian, menurut Harun Nasution, kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf. Menurutnya, dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berasal kata Arab falsafah dan bukan dari kata Inggris philosophy. Harun Nasution mempertanyakan apakah kata fil berasal dari bahasa Inggris dan safah diambil dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat. 

Hasil gambar untuk filsafat ilmuPengertian filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu lalu menyimpulkan sendiri. Pendapat ini ada benarnya, karena intisari berfilsafat itu terletak pada pembahasan bukan definisinya. Namun definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan untuk memberikan arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang berkaitan dengan filsafat ilmu. Karena itu, disini dikemukakan beberapa definisi para filososof, diantaranya: Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut(keduanya sama dalam pandangannya), lewat “dialektika”.Sementara Aristoteles (384-332 SM), tokoh utama filosof klasik, menyatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud. Karena itu, ia menanamkan filsafat dengan “teologi” atau “filsafat pertama”.Dia sampai pada kesimpulan bahwa setiap gerak di alam ini digerakkan oleh yang lain. Karena itu, perlu menetapkan satu penggerak pertama yang menyebabkan gerak itu, sedangkan dirinya sendiri tidak bergerak. Penggerak pertama ini sama sekali terlepas dari materi; sebab kalau ia materi, maka ia juga mempunyai potensi gerak. Allah, demikian Aristoteles, sebagai penggerak Pertama adalah Aktus Murni. Dan ia adalah salah seorang filosof Yunani kuno yang mengatakan bahwa filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, dan kadangkadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud(ontologi). AlFarabi(W 950 M), seorang filosof Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina berkata,”Filsafat ialah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.” 

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu 

Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagai­mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dua­lisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan ke­yakinan kita masing‑masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Hasil gambar untuk filsafat ilmu
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, feno­menologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagai­mana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik be­serta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori ko­herensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

Akslologi llmu meliputi nilal‑nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.

Daftar Pustaka
Bakhtiar, Amsal.2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

No comments:

Post a Comment