Konformitas adalah Suatu jenis pengaruh sosial di mana individu
mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan
norma sosial yang ada.
Konformitas dan Norma Sosial
Tekanan untuk melakukan konformitas berasal dari kenyataan
bahwa di beberapa konteks terdapat aturan-aturan baik yang
eksplisit maupun tidak terucap. Aturan-aturan ini mengindikasikan
bagaimana individu seharusnya dan sebaiknya bertingkah laku.
Aturan-aturan yang mengatur bagaimana individu seharusnya dan
sebaiknya berperilaku disebut dengan norma sosial (social norms).
Aturan-aturan ini juga kerap kali memberikan efek yang kuat pada
tingkah laku individu. Pada dasarnya ada beberapa norma sosial.
Namun demikian, ada satu norma sosial yang berkaitan erat
dengan konformitas, yaitu norma injungtif. Norma ini adalah suatu
jenis norma yang memberi tahu kita mengenai apa yang
seharusnya kita lakukan pada situasi-situasi tertentu.
Beberapa contoh dari norma sosial ini adalah seperti peraturan
untuk tidak bersuara berisik saat menonton bioskop, dan perilakuperilaku
tertentu di jalan raya. Norma lain yang tidak tertulis antara
lain adalah “Jangan berdiri terlalu dekat dengan orang asing”, dan
sebagainya. Tanpa memedulikan apakah norma sosial itu eksplisit
atau implisit namun satu kenyataan tampak dengan jelas, yaitu
sebagian besar orang mematuhi norma-norma tersebut hampir
setiap saat.
Awalnya, kecenderungan yang kuat terhadap konformitas ini di
mana kita mengikuti harapan masyarakat atau kelompok mengenai
bagaimana seharusnya kita bertindak di berbagai situasi membuat
kita dengan secara sengaja menghindari kekacauan sosial.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Konformitas
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konformitas. Faktorfaktor
tersebut adalah:
1. Pengaruh dari orang-orang yang disukai.
Orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih
besar. Perkataan dan perilaku mereka cenderung akan diikuti
atau diamini oleh orang lain yang menyukai dan dekat dengan
mereka.
2. Kekompakan kelompok.
Kekompakan kelompok sering disebut sebagai kohesivitas.
Semakin kohesif suatu kelompok maka akan semakin kuat
pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku
anggota kelompoknya.
3. Ukuran kelompok dan tekanan sosial.
Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya
jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut
maka akan semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut
serta, walaupun mungkin kita akan menerapkan sesuatu yang
berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan.
4. Norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif.
Norma deskripti adalah norma yang hanya mendeskripsikan
apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu.
Norma ini akan memengaruhi tingkah laku kita dengan cara
memberi tahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap
efektif atau bersifat adaptif dari situasi tertentu tersebut.
Sementara itu, norma injungtif akan memengaruhi kita dalam menentapkan apa yang harusnya dilakukan dan tingkah laku
apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu.
Alasan Mengapa Individu Memilih untuk Melakukan
Konformitas
Ada beberapa alasan yang dapat dikedepankan untuk memahami
mengapa individu melakukan konformitas. Alasan-alasan tersebut
adalah:
1. Keinginan untuk disukai
Sebagai akibat internalisasi dan proses belajar di masa kecil
maka banyak individu melakukan konformitas untuk
membantunya mendapatkan persetujuan dengan banyak
orang. Persetujuan diperlukan agar individu mendapatkan
pujian. Oleh karena pada dasarnya banyak orang senang akan
pujian maka banyak orang berusaha untuk konform dengan
keadaan.
2. Rasa takut akan penolakan
Konformitas penting dilakukan agar individu mendapatkan
penerimaan dari kelompok atau lingkungan tertentu. Jika
individu memiliki pandangan dan perilaku yang berbeda maka
dirinya akan dianggap bukan termasuk dari anggota kelompok
dan lingkungan tersebut.
3. Keinginan untuk merasa benar
Banyak keadaan menyebabkan individu berada dalam posisi
yang dilematis karena tidak mampu mengambil keputusan.
Jika ada orang lain dalam kelompok atau kelompok ternyata
mampu mengambil keputusan yang dirasa benar maka dirinya
akan ikut serta agar dianggap benar.
4. Konsekuensi kognitif
Banyak individu berpikir melakukan konformitas adalah
konsekuensi kognitif akan keanggotaan mereka terhadap
kelompok dan lingkungan di mana mereka berada.
Alasan Mengapa Individu Tidak Melakukan Konformitas
Ada dua alasan mengapa seseorang bisa saja tidak melakukan
konformitas. Alasan tersebut adalah:
1. Deindividuasi
Deindividuasi terjadi ketika kita ingin dibedakan dari orang lain.
Individu akan menolak konform karena tidak ingin dianggap
sama dengan yang lain.
2. Merasa menjadi orang bebas
Individu juga menolak untuk konform karena dirinya memang
tidak ingin untuk konform. Menurutnya, tidak ada hal yang bisa
memaksa dirinya untuk mengikuti norma sosial yang ada.
No comments:
Post a Comment