Sunday, November 20, 2016

Konformitas


Konformitas adalah Suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

Konformitas dan Norma Sosial 
Tekanan untuk melakukan konformitas berasal dari kenyataan bahwa di beberapa konteks terdapat aturan-aturan baik yang eksplisit maupun tidak terucap. Aturan-aturan ini mengindikasikan bagaimana individu seharusnya dan sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan yang mengatur bagaimana individu seharusnya dan sebaiknya berperilaku disebut dengan norma sosial (social norms). Aturan-aturan ini juga kerap kali memberikan efek yang kuat pada tingkah laku individu. Pada dasarnya ada beberapa norma sosial. Namun demikian, ada satu norma sosial yang berkaitan erat dengan konformitas, yaitu norma injungtif. Norma ini adalah suatu jenis norma yang memberi tahu kita mengenai apa yang seharusnya kita lakukan pada situasi-situasi tertentu. Beberapa contoh dari norma sosial ini adalah seperti peraturan untuk tidak bersuara berisik saat menonton bioskop, dan perilakuperilaku tertentu di jalan raya. Norma lain yang tidak tertulis antara lain adalah “Jangan berdiri terlalu dekat dengan orang asing”, dan sebagainya. Tanpa memedulikan apakah norma sosial itu eksplisit atau implisit namun satu kenyataan tampak dengan jelas, yaitu sebagian besar orang mematuhi norma-norma tersebut hampir setiap saat. Awalnya, kecenderungan yang kuat terhadap konformitas ini di mana kita mengikuti harapan masyarakat atau kelompok mengenai bagaimana seharusnya kita bertindak di berbagai situasi membuat kita dengan secara sengaja menghindari kekacauan sosial. 

Faktor-faktor yang Memengaruhi Konformitas 
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konformitas. Faktorfaktor tersebut adalah: 
1. Pengaruh dari orang-orang yang disukai. 
Orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih besar. Perkataan dan perilaku mereka cenderung akan diikuti atau diamini oleh orang lain yang menyukai dan dekat dengan mereka. 
2. Kekompakan kelompok. 
Kekompakan kelompok sering disebut sebagai kohesivitas. Semakin kohesif suatu kelompok maka akan semakin kuat pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota kelompoknya. 
3. Ukuran kelompok dan tekanan sosial. 
Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut maka akan semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta, walaupun mungkin kita akan menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan. 
4. Norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif.
Norma deskripti adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini akan memengaruhi tingkah laku kita dengan cara memberi tahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau bersifat adaptif dari situasi tertentu tersebut. Sementara itu, norma injungtif akan memengaruhi kita dalam menentapkan apa yang harusnya dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu.

Alasan Mengapa Individu Memilih untuk Melakukan Konformitas 
Ada beberapa alasan yang dapat dikedepankan untuk memahami mengapa individu melakukan konformitas. Alasan-alasan tersebut adalah: 
1. Keinginan untuk disukai 
Sebagai akibat internalisasi dan proses belajar di masa kecil maka banyak individu melakukan konformitas untuk membantunya mendapatkan persetujuan dengan banyak orang. Persetujuan diperlukan agar individu mendapatkan pujian. Oleh karena pada dasarnya banyak orang senang akan pujian maka banyak orang berusaha untuk konform dengan keadaan. 
2. Rasa takut akan penolakan 
Konformitas penting dilakukan agar individu mendapatkan penerimaan dari kelompok atau lingkungan tertentu. Jika individu memiliki pandangan dan perilaku yang berbeda maka dirinya akan dianggap bukan termasuk dari anggota kelompok dan lingkungan tersebut. 
3. Keinginan untuk merasa benar 
Banyak keadaan menyebabkan individu berada dalam posisi yang dilematis karena tidak mampu mengambil keputusan. Jika ada orang lain dalam kelompok atau kelompok ternyata mampu mengambil keputusan yang dirasa benar maka dirinya akan ikut serta agar dianggap benar. 
4. Konsekuensi kognitif 
Banyak individu berpikir melakukan konformitas adalah konsekuensi kognitif akan keanggotaan mereka terhadap kelompok dan lingkungan di mana mereka berada. 

Alasan Mengapa Individu Tidak Melakukan Konformitas 
Ada dua alasan mengapa seseorang bisa saja tidak melakukan konformitas. Alasan tersebut adalah: 
1. Deindividuasi 
Deindividuasi terjadi ketika kita ingin dibedakan dari orang lain. Individu akan menolak konform karena tidak ingin dianggap sama dengan yang lain. 
2. Merasa menjadi orang bebas 
Individu juga menolak untuk konform karena dirinya memang tidak ingin untuk konform. Menurutnya, tidak ada hal yang bisa memaksa dirinya untuk mengikuti norma sosial yang ada. 

No comments:

Post a Comment