Wednesday, February 10, 2016

Career Adaptability


Hasil gambar untuk career adaptabilityPenelitian mengenai career adaptability pertama kali diusulkan oleh Super’s dan Knasel pada tahun 1981 (McMahoon, Watson, & Bimbrose, 2012). Career adaptability digunakan sebagai proses pengembangan karir di masa dewasa. Career adaptability kemudian dikembangkan oleh Savickas (1997) menjadi sebuah konstruksi yang dapat memprediksi terhadap pengembangan karir yang menunjukkan transisi yang berulang-ulang. Namun, konsep adaptasi yang dibawanya saat itu sulit untuk dipahami karena sulit diukur, diprediksi, dan dilaksanakan secara efektif (Pulakos, Arad, Donovan, & Plamondon, 2002; McMahoon, Watson, & Bimbrose, 2012). Dalam satu dekade terakhir Savickas membuat penelitian mengenai career adaptability sehingga dapat dipahami dan didefinisikan (Savickas, 2002; Savickas, 2009).

Career adaptability merupakan karakteristik yang menunjukkan fleksibilitas atau keinginan untuk memenuhi tugas-tugas karir, transisi karir, dan menghadapi trauma karir dengan langkah yang tepat (Savickas, 2013). Dengan adanya transisi karir tersebut membuat individu untuk mengevaluasi kembali tujuan, sikap, identitas, dan rutinitas (Ashforth & Saks, 1995; Klehe, Zikic, Vianen, & Pater, 2010). Career adaptability merupakan konstruk psikososial yang mencerminkan sumber daya pekerja untuk mengelola pekerjaan yang sekarang dan yang akan datang serta tantangan karir yang dapat mempengaruhi integrasi pekerja dalam lingkungan sosialnya (Savickas, 1997). Dalam career adaptability dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian, kapasitas regulasi diri yang dapat berubah seiring waktu, dan situasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri individu, lingkungan dan interaksi antara orang dan lingkungan (Savickas & Porfeli, 2012). Career adaptability merupakan sumber daya individu baik berupa sikap, keyakinan, dan kompetensi yang digunakan untuk merespon potensi stres yang berhubungan dengan pekerjaan dan tantangan (Johnson, dkk, 2013; Savicks & Porfeli, 2012).

Savickas (1997) juga menjelaskan career adaptability sebagai cara individu dalam mempersiapkan prediksi terhadap tugas-tugas dan berpartisipasi dalam peran kerja serta menyesuaikan diri dalam perubahan yang terjadi dalam pekerjaan maupun kondisi kerja. Career adaptability memandang kapasitas dirinya untuk merencanakan dan menyesuaikan diri dengan perubahan karir, terutama dalam menghadapi kejadian yang tidak terduga (Rottinghaus, Hari, Borgen, 2005; Creed, Fallon, & Hood, 2008). Career adaptability juga berisi mengenai kesempatan yang ada di sekitar (eksplorasi), pandangan terhadap masa depan (planning), membuat pilihan yang sesuai dan layak, dan pengelolaan faktor-faktor intrapersonal, interpersonal, dan lingkungan (Creed, Fallon, & Hood, 2008).

Savickas (1997) mengatakan career adaptability merupakan konseptualisasi tertinggi, konstruk hierarki yang terdiri dari beberapa dimensi. Dalam dimensi tersebut mencerminkan indikator yang menggabungkan keseluruhan adaptasi pekerja terhadap karirnya. Dimensi yang ada dalam career adaptability tersebut terdiri dari concern, control, curiosity, dan confidence (4Cs). Dimensi tersebut merupakan cerminan dari regulasi diri invidu (Savickas & Porfeli, 2012).

Dimensi Career Adaptability

Savickas & Porfeli (2012) mengemukakan empat dimensi dari career adaptability. Keempat dimensi tersebut berasal dari regulasi diri individu baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya. Keempat dimensi ini membantu individu dalam membentuk strategi yang digunakan untuk mengarahkan perilaku adaptif mereka serta membentuk gaya karakteristik adaptasi. Keempat dimensi tersebut (Savickas & Porfeli, 2012) adalah:
1. Concern (Perhatian)
Dimensi ini mengenai perhatian individu terhadap masa depannya. Dimensi ini membantu individu dalam melihat dan mempersiapkan apa yang akan terjadi serta yang akan dilakukannya di masa depannya. Dimensi ini berisi juga mengenai bagaimana individu dalam mempersiapkan karirnya dan visi yang dimilikinya di masa depan.
2. Control (kontrol)
Dimensi ini berisi bagaimana individu dalam mengontrol dirinya dan membentuk dirinya untuk dapat sesuai dengan lingkungannya. Individu akan menggunakan disiplin, usaha, dan ketekunan. Individu dalam dimensi ini dijelaskan memiliki tanggung jawab dan kepemilikan dalam karirnya. 
3. Curiosity (keingintahuan)
Dimensi ini mengenai bagaimana individu terdorong untuk berfikir tentang dirinya di berbagai situasi dan peran yang dimilikinya. Dimensi ini juga melihat bagaimana individu menjelajahi kemungkinan diri dan peluang karirnya di dalam pekerjaan. 
4. Confidence (percaya diri)
Dimensi mengenai bagaimana individu membangun kepercayaan dirinya bahwa dirinya dapat mengaktualisasikan pilihannya untuk menentukan hidup mereka nanti. Kepercayaan diri ini juga dapat dibentuk dari proses eksplorasi dan mencari informasi yang dilakukan oleh individu. Dimensi ini mengungkap bagaimana individu mengejar karirnya serta bagaimana individu tersebut membuat antisipasi dalam menghadapi rintangan yang dihadapinya.

Faktor Penyebab (anteseden) dari Career Adaptability 

Sumber dari career adaptability merupakan kekuatan dari regulasi diri individu atau kapasitas diri seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah yang asing, kompleks dan tidak jelas yang terdapat dalam tugas-tugas pekerjaan, transisi kerja, dan trauma yang muncul dari pekerjaan (Savickas & Porfeli, 2012). Dalam regulasi diri yang dimiliki oleh individu tidak hanya berasal dari dirinya sendiri melakinkan juga berasal dari interaksi antara individu dan lingkungan (Savickas & Porfeli, 2012). Bandura (1997) menjelaskan bahwa regulasi diri menjadi faktor kunci dalam kehidupan kerja. Dalam regulasi diri individu terdapat komponen self-efficacy. Menurut Bandura (1997) self-efficacy mempengaruhi adaptasi individu dengan cara membuatnya berfikir secara optimis maupun pesimis. Self-efficacy ini juga mempengaruhi individu dalam memilih untuk masuk ke dalam suatu kegiatan atau lingkungannya (Bandura, 1997). 

Hasil gambar untuk career adaptabilityCareer adaptability juga merupakan faktor psikososial dari individu (Savickas, 1997). Faktor psikososial individu tersebut dapat berupa latar belakang orang tua, kemampuan mental, pendidikan, keterampilan, kepribadian, kematangan dan kesempatan (Super & Savickas, 1996, dalam Yehuda : 51). Career adaptability merupakan kemampuan transaksional dari individu dengan lingkungannya (Ford, 1997; Savickas & Porfeli, 2012). Hal ini menjadikan career adaptability merupakan modal individu yang berasal dari akumulasi kompetensi dan pengetahuan yang bersumber dari pendidikan dan pengalaman (Savickas & Porfeli, 2012). Career adaptability berhubungan kuat dengan peran dan kontekstual dari individu sehingga faktor kondisi budaya dan konteks tempat individu mempengaruhi adaptasi dari individu (Savickas & Porfeli, 2012). 

Dalam menentukan karir individu juga dipengaruhi oleh faktor psikososial individu (Savickas, 2005). Faktor psikososial individu tersebut dapat berupa latar belakang orang tua, kemampuan mental, pendidikan, keterampilan, kepribadian, kematangan dan kesempatan ( Super & Savickas, 1996, dalam Yehuda : 51). Lebih lanjut, Super & Savickas (1996, dalam Yehuda : 51) menjelaskan bahwa karir juga dipengaruhi oleh konsep-konsep diri individu.

Konsekuensi Career Adaptability

Career adaptability digunakan oleh individu untuk dapat memilih tindakan yang tepat dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan kerja, transisi kerja maupun trauma terhadap kerja (Savickas, 1997). Kemampuan individu dalam beradaptasi dapat membantu individu dalam menghadapi tuntutan baru dalam dunia kerja maupun lingkungan kerja yang beragam (savickas, 2009). Career adaptability juga dapat membantu individu dalam merefleksikan tujuan utamanya dalam organisasi yang sekarang ditempatinya (Parker, 2007, dalam Savickas, dkk, 2009). 

Individu yang tidak dapat melakukan adaptasi terhadap dunia kerja maupun lingkungan kerja yang baru diketahui dapat mengalami kesulitan dalam aspek-aspek individual maupun hubungannya dengan pekerjaan. Beberapa hasil penelitian yang dirangkum oleh Khele, dkk (2010) menunjukkan individu yang tidak mempunyai career adaptability dapat berakibat negatif pada ketidakpuasan terhadap pekerjaannya ((Davy, Kinicki, & Sheck, 1997), job insecurity (Probst, 2005), beban kerja yang menjadi berlebih (Khele, Jelena, Annelies, & irene, 2010), loyalitas kerja yang rendah (Sverke et al, 2002; Sverke & Goslinga, 2003), serta keinginan untuk keluar dari pekerjaan ( Davy, et al, 1997; Probst, 2005, Sverke et al, 2002).


Sumber:
Bahtiar, Fahlefi. (2014). Hubungan Core Self-Evaluation dengan Career Adaptability pada Karyawan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Perusahaan Cabang Gresik. Skripsi. Surabaya: Fakultas Psikologi Unair

Tuesday, February 9, 2016

Marxisme (Karl Marx)

ASAL MULA MARXISME

a. Materialisme

Salah satu ciri pembeda dalam marxisme adalah pentingya ide-ide materialistik. Ada dua tradisi yang merupakan dasar dari marxisme yaitu materialisme inggris dan materialisme prancis. 

Hasil gambar untuk francis bacon    Materialisme Inggris
1. Francis Bacon (1561-1626)
Francis bacon berpendapat bahwa ilmu pengetahuan merupakan alat unruk menciptakan pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk kemajuan dan perkembangan kesejahteraan manusia. Ajaran bacon adalah bahwa perasaan (sense) merupakan sesuatu yang sempurna dan sumber dari semua pengetahuan sebagai panduan metode ilmu pengetahuan. 

2. Thomas Hobes (1589-1679)
Menurut hobes, ilmu pengetahuan adalah proses proses penemuan dan pembelajaran usul-usul dan akibat-akibat yang muncul dalam tubuh mereka. Hobes memandang bahwa filosofi moral sebagai ilmu pengetahuan yang berasal dari pikiran manusia dan menolak dimensi spiritual. Pengaruh hobbes dalam marx tidakberada dalam syarat-syarat dunia hukum pergerakan (sebuah ide penolakan marx), namun cukup dalam ide bahwa materialisme sebaiknya digunakan dalam mengatur hal-hal praktis kemanusiaan dan masyarakat.

3. John Locke (1632-1704)
John Locke juga mempengaruhi pemikiran marx dan prinsip empirisme sebagai salah satu unsur materialisme, memegang teguh bahwa sifat dasar seseorang dapat ditundukkan.

    Materialisme Prancis 
Menurut Marx, materialisme prancis lebih “manusiawi” dibanding materialisme inggris dilihat dari konteks sosial. 

1. Rene Descartes (1596-1650)
Hasil gambar untuk rene descartesRene descartes adalah orang yang memisahkan fisiknya dari metafisiknya yang ideal. Descartes memandang bahwa pergerakan adalah sebagai kekuatan pengemudi masalah dan masalah sebagai dasar dari kehidupan dan pengetahuan—sebuah pandangan bahwa materialisme perancis menemukan dukungan.

2. Etienne Condillac (1715-1780)
Pada “doctrine of sensationalism”, Condillac mengungkapkan bahwa aktivitas manusia dan proses berpikir merupakan materi pengalaman dan kebiasaan; oleh karena itu, keseluruhan perkembangan manusia tergantung pada pendidikan dan lingkungan.

3. Claude Adrian Helvetius (1715-1771)

Menurutnya, pendidikan dapat digunakan untuk membawa seseorang pada kesempurnannya. Helvetius dan Condillac berpendapat bahwa sebuah kelompok sosial individu merupakan sebuah hasil pendidikan yang sederhana dan lingkungan. Marx menarik sebuah unsur penting dari materialisme. Salah satu pandangannya adalah bahwa ilmu pengetahuan sebaiknya digunakan untuk mengubah lingkungan. 

b. Sosialisme

Kata sosialisme pertama kali digunakan pada akhir 1820 dan dihubungkan dengan teori tokoh-tokoh seperti Henri Saint-Simon (1760-1825), Charles Fourier (1772-1837), dan Robert Owen (1771-1858). 

1. Henri Saint-Simon (1760-1825)
Cakupan Simon adalah industrialisasi dan mendorong untuk mempelajari ilmu pengetahuan industri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Simon memandang bahwa bahwa buruh industri sebagai bentuk esensial pekerjaan dan berpendapat bahwa pengusaha lebih baik daripada “kaum ningrat yang mengaggur/bermalas-malasan” yang seharusnya mengembangkan masyarakat. Simon menyebut teorinya “doktrin industrial” dan menganjurkan kemajuan perbaikan masyarakat yang luas bukannya perbaikan sederhana yang bersifat individual. 

2. Charles Fourier (1772-1837)
Charles percaya bahwa manusia dijadikan sempurna dan bentuk baru dari organisasi sosial didasarkan dari teorinya yaitu “perfection by association”. Selain itu, charles percaya bahwa kemajuan akan muncul melalui perkumpulan manusia yang tepat, unit dasar perkumpulan yang menjadi labuhan dalam ketertarikan komunitas. Marx mengadopsi banyak kritik fourier tentang kekurangan kapitalisme dari tanggungjawab sosial dan absorpsi kepentingan diri sendiri dalam akumulasi kekayaan.

3. Robert Owen (1771-1858)
Owen adalah orang yang memulai sebagai pekerja anak di manchester, inggris dan menjadi kaya lalu menjadi pengusaha yang disegani. Di pabrik tekstil new lanark scotland, dia membantu dalam menetapkan jam kerja yang lebih pendek di sekolah untuk para tenaga kerja anak, sekolah bayi untuk anak-anak dengan ibu bekerja, dan memperbaiki perumahan dan kondisi kesehatan semua karyawan. Meskipun menjadi ketakutan awal para pemilik pabrik lainnya, perbaikan yang dilakukan owen sebenarnya meningkatkan pendapatan pabrik. Owen mencoba melebarkan ide-idenya dari pengusaha lain, namun hal ini memiliki keberhasilan yang terbatas. Owen secepatnya datang untuk meyakinkan bahwa perubahan sosial yang radikal dibutuhkan dan bahwa kemajuan manusia akan terjadi hanya melalui penyebaran perubahan fundamental secara luas dalam kondisi sosial dan lingkungan.

c. Ekonomi politik

Disiplin tradisional dari ekonomi politik dilatarbelakangi oleh disiplin kontemporer ekonomi yang menyandarkan diri pada ilmu pengetahuan sosial tetapi studi ekonomi politik berkelanjutan pada beberapa lingkup ilmiah dan berbeda dari pemikiran sosiologi, politik, sejarah, dan filosofi. 

Hasil gambar untuk adam smith1. Adam Smith (1723-1790)
Filosof scottish yang risalat utamanya the wealth of nations dipublikasikan tahun 1776 berpengaruh besar terhadap pemikiran ekonomi berikutnya—terutama teori kapitalisme dan sudut pandang bahwa kemajuan regulasi minimal pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Smith menggunakan kiasan dalam “invisible hand” untuk menggambarkan cara andaikata ekonomi mengatur dirinya sendiri jika ditinggalkan untuk inisiatif pribadi individu dan persaingan pasar.

2. David Ricardo (1772-1823)
Smith dan Ricardo mengakui tenaga kerja yang produktif sebagai salah satu dasar utama kekayaan. Ricardo memperhalus definisi gaji sebagai waktu tenaga kerja yang diambil untuk memproduksi sebuah barang. Marx berpikir bahwa smith dan ricardo menyediakan layanan yang berharga dalam memformulasikan hukum ekonomi baru yang mempercepat kekayaan. Marx menggunakan ide-idenya dalam tenaga kerja sebagai sebuah dasar kekayaan, tapi beliau juga menambahkan dugaan “nilai keuntungan”; dimana seorang pekerja memproduksi lebih dari gajinya atau biaya produksi, dan hal ini adalah nilai keuntungan dari keuntungan yang ditambahkan dan pekerja yang dieksploitasi.


KARL MARX (1818-1883)

Karl Marx adalah seseorang yang lahir dari keluarga progresif Yahudi. Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, walaupun begitu ayahnya cenderung menjadi deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl Marx.  Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835.

Hasil gambar untuk karl marxPada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin. Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan. 

Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektikaHegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu. Pada tahun 1981 Marx memperoleh gelar doktor filsafatnya dari Universitas Berlin, sekolah yang dulu sangat dipengaruhi Hegel dan para Hegelian Muda, yang suportif namun kritis terhadap guru mereka. Desertasi doktoral Marx hanyalah satu risalah filosofis yang hambar, namun hal ini mengantisipasi banyak gagasannya kemudian. Setelah lulus ia menjadi penulis di koran radikal-liberal. Dalam kurun waktu sepuluh bulan bekerja disana menjadi editor kepala. Karl Marx belajar ilmu sejarah dan filosofi di University of Berlin, dimana pada saat itu di sana sedang berkembang paham Hegelian. Karl Marx pun mengikuti paham tersebut dan pemikirannya terpaku pada dua konsep yaitu konsep alienasi dan proses dialektik.

Pada pemikiran Hegel alienasi berasal dari kesalahan kita dalam mengakui bahwa kebenaran berhubungan dekat dengan pikiran manusia. Ia menolak posisi kaum realis bahwa kebenaran berdiri sendiri dari pikiran manusia dan berargumen bahwa alienasi merupakan hasil dari eksternalisasi spirit. Alienasi akan berhenti ketika orang-orang menjadi sadar dan menyadari bahwa mereka berpikir ada dan kebenaran merupakan aspek dari kesadaran. Manusia akan menyadari bahwa realitas obyektif seperti kebudayaan dan lingkungan merupakan hasi dari spirit.

Hegel mempertahankan bahwa realitas dapat dimengerti melalui proses dialektik, sistem logika yang memiliki tiga unsur yaitu tesis, antitesis, dan sintesis, dimana kontradiksi logis dapat dihilangkan dan kesepakatan akhirnya akan diperoleh pada sintesis dari pemikiran absolut (yaitu spirit). Sedangkan Karl Marx menolak paham idealisme Hegel tersebut tetapi ia tetap memegang kedua konsep yaitu alienasi dan diaklektika versi sejarah. Pada kedua konsep tersebut, Marx mempertahankan konsep Hegelian tetapi mengubah hal tersebut dari idealistis menjadi materialistis dasar filosofi. Termasuk manusia dari obyektifitas spirit itu sendiri, Marx mempertahankan bahwa kita menjadi asing dari kreasi kita sendiri seperti masyarakat dan sarana produksi. Daripada proses dialektik antara ide, Marx lebih mengadopsi gagasan tentang dialektik antara kondisi ekonomi dan perbuatan manusia, atau apa yang disebut sebagai 'konsep materialisme sejarah.

Hal kedua yang berpengaruh pada perkembangan filosofis Marx datang dari Ludwig Feuerbach (1804-1872). Feuerbach berpendapat bahwa spirit pada suatu masa tidak lebih dari keseluruhan kejadian dan kondisi material yang berlangsung selama masa tersebut. Sedangkan sejarah ditentukan oleh materi yang mempengaruhi pemikiran dan perilaku dari seseorang yang berada pada keadaan material tersebut. Pandangan ini menarik hati Marx, dan ketika ia mematahkan pandangan Feuerbach dengan merekatkan posisi bahwa perilaku manusia tidak berakibat pada serangkaian sejarah, ia mempertahankan bahwa kondisi material memaksakan pengaruh utama pada manusia dan intitusinya.

Feuerbach juga memegang bahwa semua ideologi, termasuk agama, biasanya merupakan usaha untuk mengkonstruksi sebuah dunia yang ideal sebagai bentuk menghindari kesedihan pada dunia material. Marx, sebaliknya, menginterpretasi agama sebagai fantasi dari individu yang menjauhkan diri. Marx merasa bahwa agama mengalihkan perhatian orang dari kebutuhan untuk memperbaiki diri dan revolusi pada saat ini dan di sini.

Marx menegaskan bahwa paham materialisme sebelumnya telah membuat kesalahan dalam memandang manusia sebagai sesuatu yang pasif, untuk itu gagal menghitung perilaku manusia. Bagai Marx, keadaan berubah hanya dengan pemikiran manusia dan perilaku praktis dan tidak dengan kontemplasi pasif. Pada keadaan ini bagaimanapun mirip dengan pandangan pragmatis dari kesatuan pikiran dan perilaku. Bagi Marx, perilaku manusia yang berharga adalah praktek-kritis atau aksi revolusioner (praxis) bahkan aksi revolusioner yang kuat.

· Pandangan Marx yang Sebenarnya

Masih menjadi perdebatan di kalangan filusuf mengenai bagaimana pandangan Marx sebenarnya. Sebab dari awal ia menganut paham Hegelian dan mengembangkan pandangan pada sosialisme dan perbaikan serta menulis dengan tendensi humanistik. Kemudian ia pindah pada komunisme revolusioner saat ia berkolaborasi dengan Friedrich Engels. Ia mengeluarkan kritik berat tentang borjuis masyarakat kapitalis dan menjadi pelopor yang menganjurkan pembersihan revolusi sosial. Namun pandangan-pandangannya pun telah diikuti oleh banyak filusuf lain seperti Lenin, Jean-Paul Sarte serta Adam Schaff.

Pada "Preface to A Critique of Political Economy" yang ditulis pada 1859, Marx mengomentari perkembangan intelektualnya. Ia menyebutnya benang merah dari studinya pada konsep untuk benar-benar memahami masyarakat yaitu kondisi material dari kehidupan. Hal ini pada cara orang-orang untuk menghasilkan kebutuhan dan menciptakan institusi yang mana menjadi permusuhan antara keinginan sadar. Dalam rangka untuk memahami bagaimana bentuk kontrol tersebut, kita harus mempertimbangkan cara seseorang menghasilkan material. Jumlah daya material sebuah produksi merupakan landasannya. Semua hubungan sosial merupakan superstukturnya. Landasan material adalah fondasi dari superstruktur pada masyarakat yang dibangun. Cara untuk memproduksi material adalah membuat tahap untuk sosial, politik, dan kehidupan intelektual. Marx mengungkapkan bahwa bukan kesadaran manusia yang memutuskan hidup mereka tetapi lawannya, yaitu kehidupan sosial lah yang menentukan kesadaran mereka.

Menurut Marx sumber daya material dari sebuah produksi datang pada konklik sosial, politik, dan daya intelektual karena sumber daya material di luar langkah kerangka kerja intitusional. Contohnya adalah ketika perkembangan industri berada di luar langkah perkembangan sosial. Teknologi industri telah berkembang dengan cepat tetapi masyarakat masih terbenam dalam kepemilikan pribadi dan kontrol monopolistik dari banyak pandangan kepemilikan. Bagaimanapun juga Marx berpendapat bahwa tidak ada superstruktur yang tidak berubah sampai Semua sumber daya material terkandung dalam diri mereka sendiri landasan untuk perintah baru. Karenanya, kapitalisme industrial merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan untuk dibangun, untuk itu harus tersedia landasan material yang mana sebuah era baru dari kekayaan yang lebih mahal dapat direalisasikan.

Alienasi
Marx telah mendeskripsikan dan menganalisis alienasi yang terjadi pada para pekerja industri. Di bawah kompetisi kapitalisme menurut Marx, pekerja berkurang menjadi lebih sedikit dari pada komoditi, bagi mereka harus menjual buruh mereka pada pasar seperti komoditas lain serta lengkap untuk menjual buruh mereka pada harga terendah kepada para pemilik uang dari sebuah produksi. Para pemilik, sebaliknya, memiliki daya untuk melengkapi pencarian pasar dan dalam menjual produk pada harga terendah. Masyarakat menjadi terbagi pada dua kelas yaitu para pemilik property dan mereka yang tidak memiliki property.

Buruh menjadi sebuah 'obyek', yaitu baik pekerja buruh dan produk merupakan milik orang lain. Para pekerja datang untuk melihat produk yang mana dapat memberi kepuasan kreatif sebagai obyek alien (yang terasingkan) milik yang lain. Buruh personal yang mana dapat memberi pekerja sebuah kekuatan saat ini hanyalah uang dari keamanan substansi kosong. Hasilnya adalah buruh alien (yang terasingkan) dan orang alien (yang terasingkan), bagi para pekerja menjadi orang asing, tidak di rumah dengan diri mereka sendiri atau para buruhnya. Sebagai konsekuensinya, mereka merasa aktif secara bebas hanya pada aktivitas hewani saja seperti makan, minum, dan buang air. Fungsi-fungsi ini penting bagi kehidupan manusia, tetapi ketika mereka menjadi terpisah dari produksi kreatif dan partisipasi dalam lebih memenuhi aspek kebudayaan hidup, mereka menjadi sekedar melakukan aktivitas hewani. Para pekerja menjadi terpisah dari kemanusiaan mereka. Namun tidak seperti hewan-hewan lain, mereka dapat menciptakan sesuatu melampaui kebutuhan kosong dan terikat pada seni, ilmu pengetahuan, dan kehidupan intelektual yang oleh Marx disebut kesadaran akan aktivitas vital. Hal ini, sepanjang dengan material mentah dari alam, merupakan obyek dari dari eksistensi kesadaran individual dan memberi kehidupan manusia makna intelektual.

Menurut Marx property pribadi merupakan akibat dari buruh alien (yang terasingkan). Untuk mengemansipasi masyarakat dari property pribadi, para pekerja harus diemansipasi, dan untuk mengemansipasi para pekerja adalah dengan mengemansipasi manusia karena keseluruhan masyarakat manusia termasuk dalam hubungan dari para pekerja dan produknya.

Interpretasi para Materialis tentang Sejarah
Dialektikal materialisme dicirikan sebagai perubahan deterministik dari jenis manusia melalui berbagai macam jaman sejarah hingga tak terelakkan kemenangan sebuah komunisme dari kapitalisme dalam sejarah dialektik. Marx percaya bahwa komunisme pada akhirnya akan menang, tetapi ia tidak berpikir bahwa hal itu merupakan ketidakterelakkan otomatis dari suatu dialektik sejarah. Ia didedikasikan sebagai revolusioner yang percaya bahwa putusan manusia dan perilaku sangat dibutuhkan untuk membawa manusia pada kehidupan sosial yang baru, tetapi ia tidak melihat pandangannya terhadap sejarah sebagai dialektik otomatis. Interpretasi para materialis tentang sejarah ialah dimana dialektik tampak sebagai alat perkiraan dari pada struktur deterministik dan proses dari suatu sejarah itu sendiri. Marx berpikir bahwa dalam menghasilakan makna sebuah kehidupan, maka manusia membuat sejarah. Berbicara secara kasar, tahap perkembangan seseorang terlihat dari level dan tipe dari pembagian dalam sebuah pabrik. Berdasarkan sejarah, hal ini penuntun pertama untuk perpisahan industri dan produksi komersial dari produksi agrikultural, dan dari sini menuju ke perpisahan kota dan desa, yang mana hal tersebut menghasilkan konflik minat. Berbagai macam tahap perkembangan tersebut mengakibatkan banyak sekali berbedaan bentuk pada suatu kepemilikan, sebagai hasil pembagian pabrik menentukan hubungan individu dengan individu lainnya tentang material, instrumen, dan produk suatu pabrik.

Marx percaya bahwa manusia maju melalui lima tahap utama dari perkembangan historis. Bentuk asli dari kepemilikan adalah kepemilikan kesukuan, suatu jenis komunisme naif yang mana kesukuan berfungsi sebagai keluarga besar dan anggotanya berkerja sama dalam memproduksi substensi uang. Tahap yang kedua adalah city-states yang kuno, dimana beberapa suku bergabung bersama untuk keuntungan bersama dan dimana perbudakan dan kepemilikan pribadi menjadi lebih umum. Tahap ketiga mendobrak ketidakadilan city-states, yaitu ketika kerajaan feodal dan kekaisaran muncul. Tahap keempat merupakan industri modern yaitu masyarakat borjuis. Yakni serupa dengan kota tempat tinggal para pedagang kapitalis yang berasal dari mendobrak perintah kaum feodal. Tahap kelima adalah seperti sampai sekarang ini dan hal tersebut akan menjadi saksi kebangkitan proletariat, pekerja industri, pada masa baru sosialis.

Marxisme dan Leninisme
Friedrich Engels (1820 - 1895), anak seorang pengusaha tekstil yang kaya, banyak terpengaruh oleh Owen dan banyak pereformasi lainnya, sehingga dia meyakini bahwa reformasi sosial yang radikal sangat dibutuhkan. Dia bertemu dengan Marx pada 1844 dan mulai melakukan suatu kolaborasi yang berjalan selama 40 tahun. Karena asosiasinya dengan Marx dan interpretasinya akan gagasan marxist setelah kematian Marx, Engel memperoleh posisi dalam lingkaran sosialis yang memberikan pengaruh besar dalam sosialis.

Engel merupakan salah satu orang yang mempopulerkan materialisme dialektikal. Dalam pandangan Engel, sejarah ditentukan oleh proses dialektik dan kondisi material merupakan faktor penentu utama; dengan demikian arah kebijaksanaan bagi manusia adalah bagaimana mereka menyesuaikan diri mereka dengan proses historikal ini agar mereka tidak merasa asing dengannya. Seperti pandangan Engel, saat ilmu ilmiah berusaha untuk mempelajari proses-proses alamiah, maka ilmu tersebut akan semakin mendekati pengungkapan hukum alam. Desain dan tindakan manusia seringkali bertentangan, jadi sejarah juga bekerja sama seperti bagaimana alam bekerja. Sebagai akibatnya, sama seperti alam, sejarah hanya akan bisa dipahami dengan mengungkap hukum umum melalui materialisme dialektikal. Engels memiliki pandangan yang berbeda tentang sejarah dari Marx. Materialisme historikal Marx ditangan Engel menjadi filosofi Hegelian di mana dalam bukunya “Dialectic of Nature,” “barang / benda” digantikan menjadi “roh” sama seperti dalam landasan ontologis dan metafisik.

Bila Marx dan Engel adalah orang yang ke arah teori, Vladimir Ilich Lenin (1870 - 1924) adalah orang yang teori dan tindakan. Dilahirkan dengan nama keluarga Ulyanov, namun dia menggantinya menjadi Lenin setelah bergabung dengan pergerakan sosialis. Lenin mengajukan gagasannya sendiri selain dari Marx dan Engel. Sehingga filosofi ortodoks Uni Soviet dan beberapa negara lain disebut sebagai marxisme – Leninisme. Pandangan Lenin tentang materialisme mengahasilkan suatu realisme naif yang mempengaruhi beberapa pandangan tentang pendidikan di Soviet. Seperti yang dia ungkapkan, “sensasi kita, kesadaran kita, hanya merupakan suatu gambaran dunia luar, dan jelas sekali bahwa gambaran tersebut tidak akan bisa ada tanpa dibayangkan, maka gambaran tersebut ada secara terpisah dari yang membayangkannya .”

Dalam bukunya State and Revolution, Lenin menginterpretasikan Marx dengan makna bahwa revolusi dengan kekerasan untuk menggulingkan bentuk negara yang borjuis, termasuk demokrasi yang mewakilinya adalah suatu hal yang tidak akan bisa dihindari lagi. Ini jelas sekali bukan pandangan Marx; meskipun Marx tidak memungkiri akan adanya kekerasan, di beberapa negara yang semokratis dan memiliki industri yang maju, ini semuanya bisa diraih secara damai. Pada akhir 1880, Marx menulis bahwa “bila suatu evolusi berubah menjadi revolusi, maka ini bukan hanya salah dari kelas yang berkuasa, namun juga kelas pekerja.” Akan tetapi Lenin berpendapat bahwa kediktatoran proletariat “sudah sesuai dengan peraturan umum, dan hanya bisa dijalankan dengan revolusi kekerasan.”

Pandangan Lenin ini tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh kondisi otokratis di Rusia saat itu sehingga membuat dia menghasilkan suatu kritik berpendangan sempit. Sejalan dengan revolusi Rusia, gagasan Lenin akan keadaan negara serta kebutuhan akan kediktatoran yang dikendalikan oleh sekelompok kecil partai yang sangat disiplin sehingga melahirkan Partai Komunis resmi seperti yang telah berjalan beberapa tahun lalu. 

 MARXISME BARAT DAN ASAL TEORI KRITIS

Setelah kematian Engel di tahun 1893, kepemimpinan Marxist diterima oleh kelompok demokratis sosial Jerman, yang menjadi organisasi terdepan dalam pemikiran Marxist di Barat. Akan tetapi Marxisme barat telah kehilangan sisi revolusionerinya setelah perubahan masyarakat kapitalis, di mana pekerja memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan perusahaan sudah berubah dari jenis individualistik sebelumnya. Banyak Marxist yang menyimpulkan bahwa proletariat barat telah kehilangan kemauan mereka akan praksis revolusioner. Akan tetapi di Barat, George Lukacs (1885-1971) dan Antonio Gramsci (1891-1937) mengembangkan Marxism yang berkaitan dengan masa mudanya, yaitu kritis sosial Hegelian muda. Tema ini dijalankan oleh sekelompok filsuf muda yang mengembangkan kelompok pemikir yang disebut kelompok Frankfurt.dua hal yang membedakan antara neo-Marxisme dan Marxisme Barat adalah orientasi filosofinya dan usahanya untuk berpindah dari produksi material dan konflik kelas sebagai konstruk yang utama dari analisis Marxis dan berpegang pada penjelasan budaya umum akan hubungan kekuatan dan konflik.

Marx masih ambivalen tentang peran filosofi. Dia merasa bahwa ini juga merupakan sisa-sisa dari budaya borjuis. Namun Lukacs memiliki pandanganbahwa filosofi masih memiliki peran mediasi dalam wujud perubahan kapitalistik dan pengembangan pemahaman pekerja akan kondisi mereka. Menurut Lukacs, kegagalan para pekerja dalam menangani permasalahan adalah karena: (1) reifikasi, yaitu menerima gagasan kapitalistik tentang keadaan masyarakat sebagai hal yang sudah seharusnya seperti ini, (2) pembagian tenaga kerja yang mencegah pekerja untuk bergabung, dan (3) evolusi kapitalis dan akomodasinya dalam wujud tuntutan pekerja yang lebih sedikit dan tidak bersifat mengancam.

Filsuf Italia, Antonio Gramsci, mengembangkan karya Lukacs dan mempertahankan bahwa ideologi sebagai hegemoni budaya juga sebagai aspek penting kekuasaan atas masyarakat, bahkan melebihi produksi material. Hanya melalui hegemoni budaya ini maka pekerja bisa mereifikasi gagasan kapitalistik yang dibebankan pada mereka. Pandangan Lukacs dan Gramsci ini menentang beberapa pemahaman dasar dari materialisme historik itu sendiri dan membantu membangun suatu peran baru filosofi dalam Marxisme Barat.

Kelompok Frankfurt
Teori kritis awalnya dipengaruhi oleh karya beberapa pemikir seperti Kant, Hegel, Nietzsche, Freud, dan Marx. Namun yang menjadi pusat teori kritis adalah metode Marx dalam membahas suatu ideologi dan menunjukkan kelemahannya. Beberapa tokoh dalam kelompok Frankfurt di antaranya adalah Max Horkheimer (1895-1971), Theodor Adorno (1903-1969), dan Herbert Marcuse (1989-1979). Tokoh terbaru lagi adalah Jurgen Habermas (1926).

Max Horkheimer meneliti transformasi masyarakat barat dari kapitalisme gaya lama menjadi perusahaan kontemporer atau kapitalisme negara. Dia menilai bahwa individualitas telah ditekan oleh kapitalisme borjuis dan bahwa kapasitas sentralisasi kapitalisme mengancam akan memusnahkan individualitas melalui budaya massal, fasisme, dan fetishme dari kesadaran teknokratis. karena ini maka Horkheimer dan Adorno percaya bahwa perencanaan yang tersentralisasi and keadaan otoritarian harus menjadi inti kritis dari filosofi neo-Marxist.

Menurut Adorno, penggunaan berbagai seni dan komunikasi menciptakan berbagai jenis tampilan budaya dan sosial yang diproduksi massak yang disebut sebagai budaya massal. Hasilnya adalah masyarakat jadi tidak bisa berpikir untuk diri mereka sendiri. Adorno tidak mempercaya pemahaman Marxist tentang kekuatan spontan proletariat dalam proses historis karena menurutnya spontanitas tidak akan memadai dalam mengahadapi dominasi yang ada. Meskipun dia mengembangkan makna tunggal akan teori kritis, dalam dialektik negatif Adorna menekankan pemikitan dialektk, di mana pemikir harus berusaha untuk memvisikan negasi hal-hal tertentu untuk menciptakan alternatif baru.

Herbert Marcuse mengembangkan tema kelompok Frankfurt tentang penggerogotan individualitas yang dia sebut sebagai manusia dimensi tunggal. Dalam suatu penelitian tentang hal tersebut, dia menggambarkan bagaimana kesadaran teknologi dan otoritarianisme sebagai hasil paralisis kritik dan ketidakmampuan dalam menyusun alternatif. Permasalahan di sini adalah individu sepertinya tidak bisa bergerak menjauh dari satu dimensi ini. Untuk beberapa waktu, Marcuse berpendapat bahwa radikalisme siswa pada 1960 akan membantu menimbulkan perubahan atas keterbatasan dari tatanan kontemporer. Karyanya yang berjudul Essay on Liberation bertujuan memperdalam pergerakan tersebut menjadi sosialisme baru.

Dalam beberapa hal, Jurgen Haberman telah membawa teori neo-Marxist bukan hanya melebihi Marxisme tradisional namun juga melebihi pendekatan kelompok Frankfurt. Dia berusaha mengembangkan filosofi empiris akan sejarah dengan tujuan praktis dan menggunakan psikologi perkembangan Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg dalam teorinya. Ketertarikannya dalam teori komunikasi juga membuatnya menyertakan analisis bahasa. Dia menekankan pandangan kelompok Frankfurt bahwa kondisi sosiobudaya lebih signifikan dibandingkan dengan daya produksi material.

Dari sudut pandang individual, ini terjadi melalui kapasitas pembelajaran individu. Dalam hal ini, masyarakat akan dependen pada individu, akan tetapi mereka juga akan dependen pada struktur simbolik dunia sosial akan makna dan kompetensi, di mana kebutuhan individu tersebut adalah pada sistem bahasa dan pengharapan perilaku untuk berkomunikasi, mengorganisir, dan menyelesaikan konflik.

Seperti yang bisa dilihat, Marxisme barat dan teori kritis telah membawa Marxism menjauh dari beberapa pemahaman dasar dari Marx maupun Marx-Lenin. Meskipun Marx menolak menggambarkan visi spesifik akan masa depan sosialisme, dia menggambarkan akan adanya suatu masyarakat yang memiliki karakter asosiasi bebas dan manajemen diri.

Akan tetapi seperti yang dinyatakan oleh Stanley Aronowitz, asosiasi bebas dan manajemen diri hanyalah suatu mimpi khayalan dan bukan kenyataan; dan dorongan akan teori sosial yang kreatif pada akhirnya datang dari luar Marxisme lama sendiri dalam bentuk feminisme, pergerakan ekologi, dan dorongan akan kebebasan rasial dan bahkan kebebasan teologi. Namun, serangan Marx terhadap dominasi dan teori dialektisnya akan perkembangan kapitalis serta visinya akan perubahan sosial masih berguna sebagai arahan bagi mereka yang mencari perubahan tatanan lama.

MARXISME SEBAGAI FILOSOFI PENDIDIKAN

Untuk memahami signifikansi historis Marxisme akan filosofi pendidikan, maka harus ada suatu pengakuan bukan hanya atas karya asli Marx namun juga interpretasi divergen dari beberapa inti karya Marx.

Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan Marxist bisa ditemukan pada konsepsi Marx akan sejarah dan analisis kritis dari kondisi yang sudah ada, untuk teori Marxist, masyarakat harus berpindah dari kapitalisme menjadi sosialisme dan pada akhirnya komunisme.

Kesadaran Sosialis
Marx ingin mengatasi alienasi manusia, yang dia rasa adalah hasil dari properti swasta dan kendali produksi oleh kelompok elit. Tujuannya adalah membebaskan aktivitas manusia dengan menempatkan kendali individu akan tenaga kerja mereka. Marx merasa bahwa tugasnya adalah untuk mengembangkan suatu landasan teoretis yang memadai sehingga kelas pekerja akan menyadari arahan umum yang harus diterima.

Pada 1840, Marx mengkritik pendidikan bagi kelas pekerja di Inggris dan Jerman sebagai suatu alat paternalistik yang digunakan oleh kelas yang berkuasa untuk menghasilkan suatu subjek yang patuh dan dosil. Marx merasa bahwa kelas yang berkuasa tidak akan bisa memberikan pendidikan yang memadai bagi anak-anak kaum pekerja karena ini akan berarti bahwa mereka akan membebaskan kaum proletariat dan akan menghilangkan kemiskinan dan penindasan kaum proletariat. Dengan kata lain, bagi Marx, tindakan manusia dibutuhkan untuk mengubah keadaan sosioekonomi. Sejalan dengan ini, perubahan proses pendidikan dan keadaan yang bisa memberikan pengaruh yang lebih baik hanya akan bisa dipahami secara rasional dari sudut pandang aktivitas manusia atau praksis.

Kaum ortodok Marxist Leninis merangkul doktrin materialisme bahwa manusia merupakan hasil pendidikan dan lingkungan. Mereka sangat berpegang teguh pada Marx yang menentang setiap campur tangan kaum borjuis dalam pendidikan sosialis. Bila indoktrinasi borjuis dihilangkan, maka indoktrinasi sosialis bisa tetap jalan. 

Akan tetapi untuk memiliki pandangan yang lebih jelas, kita butuh meneliti Marxism barat dari sisi di luar Marxis-Leninis. Salah satunya adalah Paulo Freire, yang menggunakan tema dari Marxisme barat dan fenomenologi dalam filosofi pendidikannya. Dalam buku Pedagogi kaum Tertindas, dia menyatakan pandangannya akan pendidikan berdasarkan kebebasan dan dialog sebagai kritik akan pendidikan tradisional yang menurutnya sama seperti konsep perbankan. Arti dari konsep perbankan menurut Freire adalah guru akan memilih isi pelajaran dan murid akan menyerapnya.

Dalam konsep perbankan ini, usaha dilakukan oleh penindas untuk mengubah kesadaran pembelajar tanpa mengubah kondisi sosial, politik, dan ekonomi lingkungan. Dengan demikian, penindas bisa mempertahankan hegemoni bagi kaum tertindas dengan mengendalikan pembentukan kesadaran mereka.

Freire mengajukan metode "pengajuan masalah" yang menempatkan pembelajar sebagai pihak yang aktif dan bukan hanya pasif. Berdasarkan pengalaman aktual dari pembelajar mereka bisa memperluas pemahaman mereka. Jadi guru dan murid bekerjsa sama dalam hubungan dialog, mempelajari masalah dengan dimulai dari domain siswa dan meluas ke dunia yang lebih luas. Freire percaya bahwa dengan pendekatan ini dia bisa menciptakan kesadaran kritis karena membantu pembelajar untuk melihat bagaimana mereka bisa hidup dan eksis di dunia dan membantu mereka memandang duani bukan sebagai suatu yang statis namun sebagai suatu proses. Singkatnya, kesadaran kritis menimbulkan tindakan kritis - menjadi praksis.

Hasil gambar untuk karl marxTHE SOCIAL SOCIETY

Marx’s berpandangan bahwa keberadaan mereka tidak ditentukan oleh kesadaran mereka, tetapi keberadaan mereka ditentukan diri mereka sebagai mahluk sosial. Para tokoh kontemporer seperti Stanley Aronowitzdan Henry Goroux bersusah payah menujukkan bahwa hal tersebut tidak sesederhana itu dan jauh lebih kompleks dan mereka tetap mempertahankan pandangan mereka.

Pelatihan praktis menjadi cirri khas peninggalan perserikatan Uni Soviet yang dimulai dengan adnya sekolah keperawatan, taman kanak-kanak, dimana anak-anak diberikan cerita tentang Dyadya Lenin dan bagaimana upayanya dalam pekerjanya. Sementara itu pada pemrintahan Amerika mengajarkan tentang religiusitas Lenin kepada anak-anak.

Pada pandangan Joseph Zajda kolektivisme mengarah pada moralitas komunis dan individualism mengarah pada moralitas yang kapitalis. Hal ini berpengaruh terhadap teori pendidikan Marxist-Leninist, pendidikan moral dan sosialisasi politik yang tidak dapat dipisahkan dan kolektiv yang menjabat sebagai tulang punggung. Kolektivitas menjadi kesatuan dari unit militer, tempat kerja, team atletik, atau sekolah local dan ini meluas pada kelas pada basis internasional.

Aliran Neo-marxist memiliki pandangan berbeda tentang pendidikan. Sebagaicontoh yang berpengaruh terhadap theory pendidikan dapat dilihat dari sekolah pada kapilatis Amerika dari Samuel Bowles dan Hertbet Gintis. Mereka menyatakan bahwa reformasi liberal Amerika Serikat gagal dan menyetarakan kesempatan pendidikan tidak menjadikan penyetaraan ekonomi menjadi nyata pada tiap-tiap individu. Hal ini dikarenakan golongan capital sekolah memproduksi pekerja dengan memproduksi kondisi dari tempat kerja. Dalam hal ini sekolah mencetak individu yang memiliki pengetahuan dan skill. Kontradiksi antara tujuan pendidikan kapitalisme dan hasil pendidikan actual pada akhirnya sedikit “pemberontak” dan “misfits” yang mempertanyakankapitalisme.

Bowles dan Gintis menyatakan bahwa theory pendidikan memiliki kelemahan dasar untuk tujuan yang terintegrasi, kesetaraan, dan pengembangan bertentangan dengan pronsi pekonomi kapitalisme. Mereka mengambil sisi klasik dari posisi Marxist yang beranggapan bahwa ekonomi menghasilkan orang, dan kapitalisme menggunakan pendidikan untuk menghasilkan kolam buruh, yaitu semacam nilai yang lebih kapitalis dapat berinvestasi pada kehendak mereka. Selain itu mereka juga setuju terhadap Marx yang mendukung revolusisosial yang dapat dicapai oleh Amerika Serikat dan strateginya untuk mencetak kesadaran pekerja.

Metode dan Kurikulum
Marx menyatakan pendidikan yang diberikan oleh negara kapitalis borjuis kurang baik, hal ini dikarenakan ia tidak mempercayai kurikulum akan mencakup apa yang diberikan dan apa yang akan diajarkan. Ia menentang terhadap kurikulum yang berdasar pada perbedaan kelas. Ia hanya mempercayai pada beberapa subjek pelajaran seperti ilmu alam dan tatabahasa yang dapat diberikan kurikulum. Karena menurut Marx pada subjek tersebut siswa belajar hal yang sama pada tiap tingkat.

Marx keberatan jika pendidikan berada dibawah negara borjuis- bukan berada dibawah kaum diktator dan kaum ploretarian.”Manifesto” ditetapkan sebagai rekomendasi dari sketsa singkat tentang kemungkinan lembaga negara dan pendidikan gratis untuk umum.

Marx menyetujui tiga pendekatan dalam organisasi kulikuler, yaitu mental education, physical education, dan technological training, yang pada akhirnya tidak hanya pelatihan praktis dalam perdagangan tetapi juga menggunakan prinsip umum proses produksi. Hal ini dimaksudkan untuk mengkompensasi kekurangan dari tenaga magang, belajar hal-hal dengan hanya tugas tertentu yang diperlukan adalah melalui pemahaman seluruh proses produksi sehingga ketidaktahuan tentang cara kerja bagian dari sistem ekonomi tidak akan digunakan sebagai cara untuk memegang proletariat dalam perbudakan industri.

Jadi, dari perspektif Giroux, teori kurikulum harus sadar akan dialektika antara kondisi sosial budaya dan sifat aktif dari manusia. Siswa harus dilihat sebagai agen self-consious. Yaitu dengan pendidikan yang tepat dapat menghasilkan kesadaran tentang realitas sosial dan budaya, yang memungkinkan untuk bergerak di luar sebuah kesadaran sejarah dan arah partisipasi aktif dan perubahan.