Monday, November 21, 2016

ALBERT BANDURA (TEORI BELAJAR SOSIAL) Part 3

DINAMIKA KEPRIBADIAN
Motivasi merupakan konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber, yaitu: 
- gambaran hasil pada masa yang akan dating
- harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara.
Harapan untuk mendapatkan reinforcement pada masa yang akan dating memotivasi seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Juga dengan menetapkan tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan dan kemudian mengevaluasi performansi dirinya, seseorang termotivasi untuk bertindak pada tingkat tertentu. Terus menerus mengamati, memikirkan, dan menilai tingkah laku diri akan memberi insentif-diri sehingga bertahan dalam berusaha mencapai standar yang telah ditentukan.

Hasil gambar untuk banduraWalaupun Bandura setuju dengan penguatan (reinforcement) menjadi penyebab belajar, namun menurutnya seseorang juga dapat belajar dengan
· penguatan yang diwakilkan (vicarious reinforcement), yaitu kepuasan yang didapat seseorang ketika  mengamati orang lain yang sedang mendapat penguatan membuatnya ikut berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu
· penguatan yang ditunda (expectation reinforcement), yaitu ketika seseorang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang
· tanpa penguatan (beyond reinforcement), yaitu belajatr tanpa adanya penguatan sama sekali sperti konsep otonomi fungsional dari Allport.

Ekspektasi penguatan dapat dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah laku orang lain yang ada di lingkungan sosial, mengganjar dan menghukum tingkah lakunya sendiri. Seseorang mengembangkan standar pribadi berdasarkan standar sosial melalui interaksinya dengan orang tua, guru, dan teman sebaya. Seseorang dapat mengganjar dan menghukum tingkah lakunya sendiri dengan menerima diri atau mengkritik diri sendiri. Penerimaan dan kritik diri penting perannya dalam membimbing tingkah laku, sehingga tingkah laku seseorang menjadi tetap (konsisten), tidak terus-menerus berubah akibat adanya perubahan sosial.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Belajar melalui observasi
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforsmen yang nyata. Dalam penelitian yang dilakukannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon dari orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat reinforsmen dari tingkah lakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak diikuti dengan hubungan atau penguatan.

A. Peniruan (Modelling)
Hasil gambar untuk bandura modeling
Inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang lain (model), tetapi modeling juga melibatkan penambahan bahkan pengurangan tingkah laku yang diamati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif. 
B. Modeling tingkah laku baru
Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model do transformasi menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditarnsformasi menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Ketrampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru.

Contoh: Seorang anak petani belajar mencangkul tentu saja dari apa yang dia lihat ketika ayahnya sedang bekerja (mencangkul sawah)

C. Modeling mengubah tingkah laku lama
Di samping dampak mempelajari tingkah laku baru, modeling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah model itu diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu justru diganjar, pengamat cenderung meniru tingkah laku itu, sebaliknya kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah.

D. Modeling Simbolik
Dewasa ini sebagian besar modeling berbentuk simbolik. Contohnya Film dan telivisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Hal yang disajikan oleh media berpotensi sebagai model tingkah laku..

E. Modeling kondisioning
Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius. Modeling semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkahlaku emosional yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke objek yang ada di dekatnya (kondisioning klasik) saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan objek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati.

Contoh: 
- ketika seorang anak melihat acara kekerasan di TV, seperti Smack Down. Maka anak tersebut akan mempraktekkan apa yang dilihatnya dengan teman dekatnya.
- ketika seorang yang terbiasa melihat film porno, maka anak tersebut akan menirukan adegan film tersebut dengan orang yang ada didekatnya.

Faktor-faktor penting dalam belajar melalui observasi 
Belajar melalui observasi memerlukan beberapa aktor atau prakondisi. Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar belajar melalui observasi dapat terjadi, yakni:
1. perhatian (attention process)
sebelum meniru orang lain, perhatian harus dicurahkan ke orang yang kita tiru. Perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat model yang atraktif, dan arti penting tingkah laku yang diamati bagi si pengamat.
2. Representasi (representation process)
Tingkah laku yang akan ditiru, harus disimbolkan dalam ingatan. Baik dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk gambaran/imajinasi. Representasi verbal memungkinkan orang mengevaluasi secara verbal tingkahlaku yang diamati, dan menentukan mana yang dibuang dan mana yang akan dicoba dilakukan. Representasi imajinasi memungkinkan dapat dilakukannya latihan simbolik dalamfikiran, tanpa benar-benar melakukannya secara fisik. 
3. peniruan tingkah laku model (behavior production process)
Sesudah mengamati dengan penuh perhatian dan memasukkannya ingatan, orang lalu bertingkah laku. Mmengubah dari gambaran fikiran menjadi tingkah laku menimbulkan kebutuhan evaluasi. Seperti timbul fikiran dalam diri kita bagaimana melakukannya?, apa yang harus dikerjakan, apakah sudah benar?, dll. 
4. motivasi dan penguatan (motivation and reinforcemen process)
Belajar melalui pengamatan menjadi efektif kalau pembelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi munkin memudahkan orang untuk menguasi tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi itu tidak ada maka tidak bakal terjadi proses belajar. Imitasi lebih kuat terjadi pada tingkah laku model yang diganjar, daripada tingkah laku yang dihukum. Imitasi tetap terjadi walaupun model tidak diganjar, sepanjang pengamat melihat model mendapat ciri-ciri positif yang menjadi tanda dari gaya hidupa yang berhasil, sehingga diyakini model umumnya akan diganjar. 
Hasil gambar untuk bandura modelingMotivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karekteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usi, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak lebih senang meniru model seusianya daripada model model dewasa. Anak juga cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya, alih-alih model yang standarnya diluar jangkauannya. Anak yang sangat dependen cenderung mengimitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi anatara ciri model dengan observernya. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hanagat dan open, gadis lebih mengimitasi ibunya. 

CONTOH KASUS

Beberapa media cetak dan elektronik pernah menayangkan berita tentang seorang anak yang tewas karena dibanting oleh teman sepermainanya. Peristiwa tersebut tidak terjadi karena memang ada permusuhan diantara kedua anak tersebut namun hanya dalam suasana bermain khas anak-anak. Lalu apa yang menyebabkan kedua karib itu saling membanting? Setelah ditelusuri ternyata kedua anak tersebut terinspirasi oleh sebuah tayangan olahraga gulat yang ditayangkan pada saat prime time.

Peristiwa yang dialami oleh kedua anak tersebut sesuai dengan teori agresi yang dikemukakan oleh Bandura. Menurutnya, agresi didapatkan melalui pengamatan, pengalaman langsung dengan reinforcement positif dan negatif, latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bandura, observasi terhadap perilaku agresi akan menghasilkan respon yang berlebihan. Hal itulah yang terjadi pada dua anak yang ‘bertanding’ gulat tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Boeree, George. (2007). Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie


"Jangan lupa baca part selanjutnya mengenai Sejarah dan Struktur kepribadian dari Albert Bandura pada postingan lainnya ya"

No comments:

Post a Comment