Tuesday, August 9, 2016

Resiliensi

Resiliensi dapat didefinisakan sebagai daya lenting sesorang terhadap situasi sulit, dan Setiap individu memiliki atribut-atribut yang berbeda dalam menghadapi bebagai kesulitan yang dihadapi. Definisi lain yang diambil dari bebrapa studi yaitu kemampuan individu untuk menghadapi dan bangkit kembali dari kesulitan (Greene, Galambos, & Lee, 2003), atau kapasitas untuk mengatur kemampuan dalam menghadapi pokok dari penyebab stress (Kaplan, 1996)

Hasil gambar untuk resiliensiSecara umum resiliensi dapat didefinisakan sebagai daya lenting sesorang setelah mengalami kondisi terpuruk. Resiliensi juga dapat diartikan sebagai kapasitas yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkan untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan. 

Resiliensi dibutuhkan individu untuk merespon seesuatu dengan cara yang sehat dan produktif ketika berhadapan dengan trauma terutama mengendalikan tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi pada diri seseorang menjelaskan kompetensi dan kemampuan untuk menyesuaikan diri (Santrock, 2003). Seseorang akan memiliki resiliensi apabila mereka mampu mempertahankan kondisinya kembali seperti awal setelah ia mengalami pengalaman negatif dalam hidupnya. Menurut Santrock (2003), sumber resiliensi individu berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan sumber resiliensi yang berasal dari individu itu sendiri. Sedangkan, faktor eksternal merupakan sumber resiliensi yang berasal dari luar individu.

Pembentukan resiliensi akan menghasilkan 3 aspek utama, yakni I have, I can, dan I am (Grotberg, 1999). Pengertian I have adalah sebuah dukungan dari setiap individu disekitar untuk beresiliensi. Kemudian I am, adalah sebuah dorongan dalam membangun kepercayaan diri, self esteem, dan tanggung jawab. Pengertian yang berikutnya yaitu I can, akuisisi dari interpersonal dan kemampuan memecahkan permasalahan. Berikut ini penjelasan untuk masing masing aspek resiliensi:

1) I Have 

Faktor “I Have” merupakan dukungan eksternal dan sumber dalam meningkatkan daya lentur. Sebelum seseorang menyadari akan siapa dirinya (I Am) atau apa yang bisa dia lakukan (I Can), manusia membutuhkan dukungan eksternal dan sumberdaya untuk mengembangkan perasaan keselamatan dan keamanan yang meletakkan fondasi, yaitu inti untuk mengembangkan resilience.

Aspek ini merupakan bantuan dan sumber dari luar yang meningkatkan resiliensi. Sumber-sumbernya adalah adalah sebagai berikut :

a. Trusting relationships (mempercayai hubungan) 
Orang tua, anggota keluarga lainnya, guru, dan teman-teman yang mengasihi dan menerima individu tersebut. Individu-individu dari segala usia membutuhkan kasih sayang tanpa syarat dari orang tua mereka dan pemberi perhatian primer (primary care givers), tetapi mereka membutuhkan kasih sayang dan dukungan emosional dari orang dewasa lainnya juga. Kasih sayang dan dukungan dari orang lain kadang-kadang dapat mengimbangi terhadap kurangnya kasih sayang dari orang tua.

b. Struktur dan aturan di rumah
Orang tua yang memberikan rutinitas dan aturan yang jelas, mengharapkan individu mengikuti perilaku mereka, dan dapat mengandalkan individu untuk melakukan hal tersebut. Aturan dan rutinitas itu meliputi tugas-tugas yang diharapkan dikerjakan oleh individu. Batas dan akibat dari perilaku tersebut dipahami dan dinyatakan dengan jelas. Jika aturan itu dilanggar, individu dibantu untuk memahami bahwa apa yang dia lakukan tersebut salah, kemudian didorong untuk memberitahu dia apa yang terjadi, jika perlu dihukum, kemudian dimaafkan dan didamaikan layaknya orang dewasa. Orang tua tidak mencelakakan individu dengan hukuman, dan tidak ada membiarkan orang lain mencelakakan individu tersebut.

c. Role models
Orang tua, orang dewasa lain, kakak, dan teman sebaya bertindak dengan cara yang menunjukkan perilaku individu yang diinginkan dan dapat diterima, baik dalam keluarga dan orang lain. Mereka menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu, seperti berpakaian atau menanyakan informasi dan hal ini akan mendorong individu untuk meniru mereka. Mereka menjadi model moralitas dan dapat mengenalkan individu tersebut dengan aturan-aturan agama.

d. Dorongan agar menjadi otonom
Orang dewasa, terutama orang tua, mendorong individu untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain dan berusaha mencari bantuan yang mereka perlukan untuk membantu individu menjadi otonom. Mereka memuji individu tersebut ketika dia menunjukkan sikap inisiatif dan otonomi. Orang dewasa sadar akan temperamen individu, sebagaimana temperamen mereka sendiri, jadi mereka dapat menyesuaikan kecepatan dan tingkat tempramen untuk mendorong individu untuk dapat otonom.

e. Akses pada kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan layanan keamanan.
Individu-individu secara individu maupun keluarga, dapat mengandalkan layanan yang konsisten untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh keluarganya yaitu rumah sakit dan dokter, sekolah dan guru, layanan sosial, serta polisi dan perlindungan kebakaran atau layanan sejenisnya.

2. I Am

Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri sendiri. Faktor ini meliputi perasaan, sikap, dan keyakinan di dalam diri. Ada beberapa bagian-bagian dari faktor dari I Am yaitu : 

Perasaan dicintai dan perilaku yang menarik 
Individu tersebut sadar bahwa orang menyukai dan mengasihi dia. Individu akan bersikap baik terhadap orang-orang yang menyukai dan mencintainya. Seseorang dapat mengatur sikap dan perilakunya jika menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan orang lain. 

Mencintai, empati, dan altruistic 
Individu mengasihi orang lain dan menyatakan kasih sayang tersebut dengan banyak cara. Dia peduli akan apa yang terjadi pada orang lain dan menyatakan kepedulian itu melalui tindakan dan kata-kata. Individu merasa tidak nyaman dan menderita karena orang lain dan ingin melakukan sesuatu untuk berhenti atau berbagi penderitaan atau kesenangan. 

Bangga pada diri sendiri 
Individu mengetahui dia adalah seseorang yang penting dan merasa bangga pada siapakah dirinya dan apa yang bisa dilakukan untuk mengejar keinginannya. Individu tidak akan membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkannya. Ketika individu mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut. 

Otonomi dan tanggung jawab 
Individu dapat melakukan sesuatu dengan caranya sendiri dan menerima konsekuensi dari perilakunya tersebut. Individu merasa bahwa ia bisa mandiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut. Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagai kegiatan dan mengetahui saat orang lain bertanggung jawab. 

Harapan, keyakinan, dan kepercayaan 
Individu percaya bahwa ada harapan baginya dan bahwa ada orang-orang dan institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan suatu perasaan benar dan salah, percaya yang benar akan menang, dan mereka ingin berperan untuk hal ini. Individu mempunyai rasa percaya diri dan keyakinan dalam moralitas dan kebaikan, serta dapat menyatakan hal ini sebagai kepercayaan pada Tuhan atau makhluk rohani yang lebih tinggi.

3. I Can

“I can” adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dalam berkomunikasi dengan orang lain, memecahkan masalah dalam berbagai seting kehidupan (akademis, pekerjaan, pribadi dan sosial) dan mengatur tingkah laku, serta mendapatkan bantuan saat membutuhkannya. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi faktor I can yaitu : 
Hasil gambar untuk resiliensi
Berkomunikasi 
Individu mampu mengekspresikan pemikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengarkan apa yang dikatakan orang lain serta merasakan perasaan orang lain. 

Pemecahan masalah 
Individu dapat menilai suatu permasalahan, penyebab munculnya masalah dan mengetahui bagaimana cara mecahkannya. Individu dapat mendiskusikan solusi dengan orang lain untuk menemukan solusi yang diharapkan dengan teliti. Dia mempunyai ketekunan untuk bertahan dengan suatu masalah hingga masalah tersebut dapat terpecahkan. 

Mengelola berbagai perasaan dan rangsangan 
Individu dapat mengenali perasaannya, memberikan sebutan emosi, dan menyatakannya dengan kata-kata dan perilaku yang tidak melanggar perasaan dan hak orang lain atau dirinya sendiri. Individu juga dapat mengelola rangsangan untuk memukul, melarikan diri, merusak barang, berbagai tindakan yang tidak menyenangkan. 

Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain. 
Individu memahami temperamen mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil resiko atau diam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang lain. Hal ini menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi, membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi, dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi. 

Mencari hubungan yang dapat dipercaya 
Individu dapat menemukan seseorang misalnya orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi perasaan dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah personal dan interpersonal.


Sumber:
Grotberg, Edith. (1999). Countering depression with the five building blocks of resilience. Journal of Reaching Today's Youth, 4, 1, 66-72. 
Grothberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections. Number8. The Hague : Benard van Leer Voundation. 
Grothberg, E. (1999). Tapping Your Inner Strength, Oakland, CA : New Harbinger Publication, Inc.
Santrock. (2003). Life Span Development

"Semangat ya"

No comments:

Post a Comment