Thursday, December 1, 2016

Pengukuran Dalam Psikologi

Pengukuran dalam Ilmu Pengetahuan

Hasil gambar untuk pengukuranMeskipun pengukuran dalam ilmu pengetahuan punya sejarah yang panjang dibandingkan dengan seratus dan seperempat abad disiplin lama dari psikologi, ilmu pengukuran dan ilmu psikologi sudah tumbuh dan dewasa satu sama lain. Ini dikarenakan ilmu pengukuran menjadi prasyarat, tidak hanya untuk ilmuwan yang melakukan penelitian tetapi juga untuk praktisi yang mencoba untuk menerapkan teori ilmiah dan metode-metode untuk perkembangan sosial dan memperkaya akademik.
Ilmuwan lebih peduli dengan perkembangan pengetahuan yang obyektif, tepat dan dapat diverifikasi. Untuk memastikan dimensi atau besarnya atau menentukan atribut atau sesuatu dengan presisi, ilmuwan sering melakukan pengukuran. Ini membantu mereka untuk mendapatkan data kuantitatif atau informasi tentang objek-objek, fenomena, sistem atau atribut mereka. Data kuantitatif atau informasi yang dicatat melalui pengukuran adalah lebih tepat dan bermanfaat. Daripada data non-kuantitatif atau informasi yang tidak jelas dan lebih sering menyesatkan. 

Melalui pengukuran dan kuantifikasi dengan bantuan dan model matematika dan statistik, ilmuwan mampu membedakan objek-objek dari properti-properti mereka dan membangun hubungan di antara mereka dengan tingkatan yang lebih baik dari perbaikan dan ketepatan. Pengukuran dengan demikian adalah salah satu elemen penting dari penyelidikan ilmiah dan penemuan.

Definisi dan Arti dari Pengukuran

Stevens (1951) menegaskan pengukuran sebagai “Penetapan angka-angka ke dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan beberapa peraturan”. Meskipun, definisi ini mengandung beberapa asumsi yang melekat, seperti benda-benda atau atribut selalu ada pada beberapa kuantitas yang dapat diukur dan teratur. Juga, atribut-atribut tersebut telah diukur sesuai dengan serangkaian peraturan-peraturan atau kriteria yang diketahui sebagai peraturan-peraturan dalam pengukuran.

Hasil gambar untuk pengukuranJadi, pegukuran secara sederhana terdiri dari serangkaian peraturan-peraturan untuk menempatkan angka-angka ke objek-objek untuk menggambarkan kuantitas dari atribut. Meskipun, kita bisa memiliki yang lain dan berbeda dugaan pengukuran. Misalnya, kita dapat menyusun pengukuran sebagai sebuah heuristik ke penelitian sosial karena pengukuran menetapkan sebuah heuristik ke penelitian sosial dan pemahaman dari perilaku sosial.

Teori-Teori Pengukuran

Perkembangan dari teori pengukuran masih tergolong asli. Konsep dari pengukuran tumbuh diluar dari evolusi Teori angka-Angka dan aplikasi tersebut dalam pengetahuan fisik. Teori Pengukuran adalah mengutamakan perhatian dengan perkembangan dari ukuran atau sebuah alat dengan dengan bantuan dari sebuah sistem analis atau sebuah penelitian dapat mengukur atribut-atribut dari kesatuan yang telah ada/fenomena/sistem menurut penyelidikan. Itu adalah sebuah proses yang terlibat dalam menetapkan lambang-lambang, hal itu, pemberian angka terhadap orang-orang, objek-objek, peristiwa-peristiwa atau atribut-atribut mereka termasuk dalam peraturan-peraturan sebelumnya. Sebuah peraturan tegas dalam menetapkan lambang-lambang ke dalam satu kesatuan. Padahal peneliti-peneliti fisik menggunakan istilah”properti” untuk menggambarkan kualitas/kuantitas dari beberapa kesatuan fisik, peneliti-peneliti sosial memilih “atribut” untuk menandakan kualitas/kuantitas dari manusia atau fenomena sosial.

Dalam hal lain, lambang-lambang mempunyai nilai kuantitatif. Lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan aspek-aspek non kuantitatif dari kesatuan-kesatuan atau atribut mereka disebut dengan numerals. Hal itu berarti bahwa numerals memiliki nilai non kuantitatif. Lambang-lambang yang memperlihatkan nilai kuantitatif disebut numbers, yang memungkinkan kita untuk menggunakan sistem matematika dan sistem statistik untuk tujuan dari penggambaran, analisis, dan prediksi. 

Jadi, numbers tersebut dapat dipertanggungjawabkan untuk manipulasi sistem statistik dan analisis sistem matematika, yang mana, dalam perubahan, mengungkapkan informasi baru atau fakta-fakta tentang kesatuan-kesatuan, fenomena atau sistem-sistem yang diukur.

Rules (peraturan-peraturan) merupakan komponen yang paling signifikan dari proses pengukuran karena kualitas dari pengukuran atau bergantung dari hasil sebagian besar proses pengukuran. Rules yang lemah membuat pengukuran tidak memiliki arti dan pasti menyesatkan atau kesimpulan yang menyimpang. Lebih jauh lagi, pengukuran hanya berarti ketika pengukuran berhubungan dengan kenyataan dan kegunaan dari peraturan adalah menghubungkan proses pengukuran pada kenyataan.

Teori Pengukuran Campbell

Norman Robert Campbell adalah yang mempublikasikan tulisannya antara tahun 1920-1938, membangun dasar dari teori modern pengukuran. Pada pekerjaannya, dia mendiskusikan permasalahan-permasalahan dari pengukuran sebagai penggunaan untuk bidang ilmu pengetahuan. Menjelaskan apa itu pengukuran, Campbell mengatakan, “Pengukuran adalah proses dari menetapkan angka-angka untuk melambangkan kualitas (properties), objek dari pengukuran adalah untuk memungkinkan senjata yang sangat kuat dari analisis sistem matematika untuk diaplikasikan pada pokok persoalan ilmu pengetahuan” (Campbell, 1960). Pada penjelasannya yang terperinci dan sangat mengagumkan, Campbell menggambarkan bahwa ketika kita menyelidiki atau mengukur objek-objek, kita, pada kenyataannya, menyelidiki atau mengukur properties atau atribut-atribut pada objek-objek tersebut. Contohnya, ketika suatu sikap seseorang diukur, itu sering dianggap salah bahwa orang tersebut telah diukur. Sebenarnya, yang telah diukur ialah sebuah atribut dari seseorang, sikapnya, kepribadian, temperamen, intelegensi, dan sebagainya. Dalam rangka mempromosikan seseorang pada sebuah pekerjaan, kita mencoba untuk mengukur atau menentukan teknik kecakapan atau keahlian. Campbell juga menunjukkan bahwa objek-objek fisik atau fenomena bisa memiliki dua macam sifat : (a) quality-like dan (b) quantity like, bahwa itu adalah adalah salah satu yang mewakili kualitas-kualitas dari objek-objek dan lainnya yang merupakan jumlah objek-objek.

Sesuai dengan Campbell, pengukuran menggunakan kedua tipe sifat. Tapi, sifat-sifat kuantitatif seperti panjang, berat, volume, tinggi, dan sebagainya, dapat diukur dengan suatu “asas” atau hal yang sebenarnya, hal tersebut tidak membutuhkan pengukuran dari properti-properti (sifat-sifat) yang lain untuk mengukur mereka, dan menerima “orang asing” atau tingkatan level yang tinggi dari pengukuran daripada sifat-sifat kuantitatif. Selain itu, sifat-sifat kualitatif dapat diukur atau ditentukan oleh “perolehan” atau cara yang tidak langsung, yang didasarkan pada pengukuran dari jarak yang lain. 

Kontribusi Steven

Setelah Campbell, kontribusi utama dari teori pengukuran telah dibuat oleh S.S. Stevens, Professor Psikologi dari Universitas Harvard. Ketika menyetujui Campbell bahwa pengukuran melibatkan sebuah hubungan dari sistem angka-angka ke pembedaan aspek-aspek dari orang banyak, objek-objek atau peristiwa-peristiwa sesuai untuk satu atau peraturan lainnya, Steven dalam tulisan awalnya, mengajukan pandangan bahwa penetapan numbers atau numerals dibawah perbedaan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah membawaka kita pada beberapa jenis skala dari pengukuran, yaitu Skala Nominal, Skala Ordinal, Skala Interval, dan Skala Ratio. Kemudian, dia mengemukakan jenis lain dari skala yang disebut Skala Interval Logaritma, yang menurutnya dapat memperoleh hasil yang tepat.

TIPE-TIPE SKALA PENGUKURAN 

Steven bermaksud membuat cara-cara untuk mengukur. Walaupun sebagian besar angka dari skala ada dan bisa dibuat untuk mengukur atribut-atribut dari orang-orang, objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan sebagainya, semua skala terdiri dari empat tipe dasar, yaitu : 

Skala Nominal 
Dengan pengukuran nominal, kita mampu untuk memutuskan apakah pemberian seseorang, objek, fakta atau data ditujukan untuk skala nominal dan dapat memutuskan ekuivalen atau non-ekuivalen diantara benda-benda atau data. Lebih lanjut, pengukuran nominal hanya mengenai diskriminasi dan membandingkan kesatuan-kesatuan atau data sebagai tipe dari kepemilikan karakteristik-karakteristik, daripada derajat kepemilikan karakteristik. 

Pengukuran nominal adalah sesuatu yang kurang berpengalaman dan dianggap tingkatan paling rendah dalam pengukuran. Pada saat yang sama, itu adsetralah dasar untuk semua tingkatan tertinggi dari pengukuran. 

Skala Ordinal 
Pada skala Ordinal, sesuatu atau data disusun dengan tingkatan atribut khusus. Dengan kata lain, kelanjutan Skala Ordinal dari pengukuran, kita mencoba untuk menentukan tingkatan golongan atau ketidaksamaan dari elemen-elemen yang mana angka-angka ditempatkan. Contoh khususnya adalah A lebih besar atau lebih baik atau lebih bermanfaat daripada B, B lebih besar atau lebih baik atau lebih bermanfaat daripada C, dan sebagainya. Seperti hubungan yang digambarkan oleh simbol “>” yang berarti “lebih besar” daripada dalam referensi ke atribut-atribut tertentu. Sebuah skala ordinal tidak mencerminankan atau memberitahu berapa banyak arti absolutyang dimiliki atribut dari kesatuan atau seberapa jauh terpisahnya kesatuan dengan atribut. 

Skala Interval 
Pada kasus Skala Interval, kesatuan tidak hanya digolongkan dan di urutkan dengan beberapa pengukuran atribut, tetapi jarak atau perbedaan antara tingkat-tingkat atau pada bagian-bagian yang berdekatan juga tergambarkan, dan jarak ini tetap antara setiap interval dan tingkatan yang berturut-turut. Contoh dari Skala Interval adalah Fahrenheit dan Skala IQ. 

Dengan Skala Interval, kita masuk ke dalam bentuk pengukuran yang merupakan analisa kuantitatif dalam pengertian biasa. Misalnya, pada Skala Interval, tekanan pada 40 derajat Centigrade atau 104 derajat Fahrenheit adalah tidak sama dengan panasnya 20 derajat Centigrade karena suhu 20 derajat Centigrade pada skala Fahrenheit adalah 68 derajat Fahrenheit, dan 104 derajat Fahrenheit tidak sama dengan 2 X 68 derajat Fahrenheit. 

Meskipun sangat sedikit Skala Interval yang telah berkembang pada lingkungan ilmu pengetahuan sosial, kita dapat mencapai pengukuran interval dari atribut seperti 
a. Minat, sikap, kepribadian, motivasi, dan sebagainya. 
b. Status, kegemaran membaca, dan sebagainya. 
c. Mengingat, perlunya atau tidak perlunya informasi untuk tujuan ini. 

Kita dapat membuat pola urutan penilaian angka pada skala yang dimulai dari angka nol yang berubah-ubah yang melambangkan ketidakhadiran dari sebuah atribut atau kualitas yang diukur, dan meningkatkan nilai dalam hasil satuan-satuan yang berturut-turut dalam kenaikan skala pada keinginan yang terbatas. 

Skala Ratio 
Skala-skala Ratio paling berpengalaman dari keempat skala pengukuran. Berat, panjang, waktu, daya tahan listrik, dan suhu diukur dengan skala Kelvin dalam pengukuran Skala Ratio. Sebuah Skala Ratio memiliki semua karakteristik-karakteristik dari Nominal, Ordinal, dan Interval Skala dan, dalam penjumlahan, suatu titik nol dan asli menggambarkan ketiadaan besarnya sebuah variabel atribut. 

ATRIBUT-ATRIBUT DARI INSTRUMENT PENGUKURAN 

Kualitas dari penelitian sebagian besar bergantung pada baik atau efektifnya ukuran, dan untuk mengembangkan suatu ukuran baik adalah sebuah tugas yang sulit. Pengukuran adalah sebuah perumusan yang tepat dalam penelitian dan penggambaran atau penetapan definisi yang tepat dari rencana menyinggung peritiwa atau atribut-atribut mereka yang diukur dari kepentingan dasar. 

Hal itu, satu yang harus diketahui apa yang diukur. Contohnya, jika satu keinginan untuk mengukur kegunaan atau keefektifan dari bahan ajar, satu yang harus diketahui yakni apa yang menjadi indikator dari kegunaan atau keefektifannya. 

MASALAH-MASALAH DALAM PENGUKURAN-PENGUKURAN PSIKOLOGI 

Pengukuran yang Tidak Langsung 
Bemacam-macam atribut psikologis dapat diperoleh untuk penelitian dan pengukuran dengan tidak langsung. Pada umumnya, atribut-atribut yang mendasari proses-proses psikologis mengira menunjukkan diri mereka secara jelas hanya melalui tingkah laku, yang benar-benar dipertimbangkan dengan objektif dan bisa diukur. 
Kekurangan Nol Mutlak 
Nol Mutlak, pada kasus pengukuran psikologi, berarti sebuah situasi dimana properti yang diukur itu tidak ada. Nol mutlak tersedia pada kasus kuantitas fisik, seperti panjang, tapi sangat sulit untuk menentukan atribut-atribut dalam kasus psikologis. 
Kita Mengukur suatu Contoh dari Tingkah Laku bukan Tingkah Laku yang Menyeluruh 
Pada pengukuran-pengukuran psikologis, sebuah kumpulan yang menyeluruh dari dimensi tingkah laku adalah tidak mungkin dan kita hanya memilih contoh dari dimensi tingkah laku secara hati- hati untuk menilai atribut-atribut dalam pertanyaan. 
Kekurangan Stimulus yang Cukup/Tanggapan Permulaan 
Masalah lain yang dihadapi dalam pengukuran psikologis adalah ciptaan jumlah yang cukup dari kekuatan variabel atau permulaan, yang secara aktual relevan ketika mempelajari keterangan atribut psikologis. Metode eksperimental, metode utama dibelakang penelitian ilmiah psikologi, sangat menderita dalam masalah ini. 
Ketidaktentuan dan Keinginan Terlibat dalam Tanggapan Manusia 
Subjek-subjek tes kadang-kadang memberikan tanggapan tidak menententu dan diinginkan secara umum meniadakan seluruh tujuan dari pengukuran psikologis. Ketidaktentuan memungkinkan munculnya salah satu kelalaian hak pada bagian peneliti, atau tidak hati-hati pada bagian subjek-subjek, atau hak untuk tidak mengkontrol yang tidak ada hubungan variabel-variabelnya. 
Ketidaktetapan dari Atribut-Atribut Manusia Berakhir 
Beragam atribut manusia seperti intelegensi, kepribadian, sikap, dan sebagainya, mungkin dapat mengubah periode waktu, dan kadang-kadang tetap cukup untuk menyediakan lapangan bagi variasi tersebut. Atribut-atribut psikologis terlalu dinamis dan mereka secara terus menerus mengalami pengaturan dan reorganisasi. 
Masalah Hitungan 
Hal ini dipertanyakan apakah numbers memenuhi syarat dan cukup mampu untuk menunjukkan semua atribut-atribut psikologis. Pengukuran kuantitatif memiliki batasan-batasannya tersendiri karena semua hal yang ada mungkin tidak selalu ada dalam beberapa jumlah, dan terkadang jika itu terjadi, kita mungkin menemukan kesulitan untuk menetapkan jumlah suatu angka secara tepat menangkap maksud dan intisari.

No comments:

Post a Comment