Thursday, January 19, 2017

Tahap Perkembangan Psikoseksual Anak (Freud)


Psikoanalisis Sigmund Freud

Pada teorinya Feud menekankan bahwa dalam kehidupan, jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran yaitu conscious, preconscious, dan unconsciousi. Peta kesadaran ini yang nantinya dipakai dalam mendeskripsikan pola perilaku manusia pada kesehariannya. Selain itu Freud juga menjelaskan mengenai mekanisme id, ego dan superego dalam mekanismenya membentuk perilaku manusia. Freud adalah teoritisi awal yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian dan menekankan pentingnya masa bayi dan masa kanak kanak awal dalam membentuk kararkter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk
pada usia 5 tahun dan perkembangan setelah masa 5 tahun sebagian besar merupakan elaborasi dari struktur dasar yang telah terbentuk sebelumnya. Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahap yaitu tahap infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Menurut Freud, tahapan terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang berada pada tahap infantil. tahapan ini terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase oral, fase anal, fase falik. Pada umumnya seseorang akan mencapai kematangan dalam hal kepribadian pada usia 20 tahun. Ketika itu dapat dikatakan kepribadian orang tersebut stabil dan tidak mengalami perubahan yang berarti.

Berikut akan saya jelaskan penjelasan mengenai fase perkembangan kepribadian menurut Freud.
1. Fase Oral (0- 1 tahun)
Pada fase ini mulut merupakan daerah utama yang menjadi perhatian dalam aktivitas atau Freud menyebutkan dengan daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan dan minum adalah sumber kenikmatan pada masa ini. Kenikmatan yang diperoleh dari rangsangan terhadap rongga mulut, bibir, tingkah laku menggigit dan mengunyah serta menelan makanan. Perilaku kenikmatan mengunyah ini yng menjadi gambaran bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan pada fase oral ini akan membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yaitu orang yang menjadi senang mengumpulkan sesuatu, mengumpulkan pengetahuan, mengumpulkan harta benda atau gampang tertipu karena menelan mentah mentah perkataan orang lain. Sebaliknya, orang yng mengalami ketidakpuasan pada masa oral ini ketika dewasa lebih cenderung bersifat sarkastik, suka berdebat, tamak. Hal ini sebagai perilaku tidak sadar suatu protes akan perilaku menyusui ibu. Mulut sebagai area erogen terbawa sampai dewasa dalam bentuk perilaku yang lebih bervariasi mulai dari perilaku mengunyah permen karet, merokok, menggigit pensil, menggunjing orang lain, sampai berkata kata kotor. Tahap ini secara khusus ditandai dengan perkembangan perasaan ketergantungan mendapat perlindungan dari orang lain. Perilaku ketegantungan ini akan muncul pada masa dewasa ketika menghadapi suatu kecemasan.
2. Fase Anal (1-2/3 tahun) 
Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok dari aktivitas dinamika, kateksis dan antikateksis berpusat pada fungsi eleminer(pembuangan kotoran). Mengeluarkan feses merupakan suatu cara untuk menghilangkan perasaan tertekan yang tidak menyenangkan. Selama masa ini latihan defakasi(toilet training) membentuk anak untuk belajar menunda kepuasan bebas dari tegangan anal. Freud berkeyakinan bahwa latihan defakasi adalah bentuk mula dari belajar memuaskan id dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk sesudah defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial untuk mengontrol kebutuhan defakasi. dampak latihan defakasi pada masa selanjutnya bergantung pada bagaimana sikap orang tua dalam melatih anak. Misalnya ketika anak dilatih terlalu keras dalam latihan defakasi ini membuat anak menjadi keras kepala dan kikir, sebaliknya ketika orangtua membiarkan anak tanpa toilet training membuat anak menjadi kurang mampu menahan tegangannya sehingga menjadi semaunya sendiri, jorok dan destruktif. Apabila pda masa ini ibu dapat membimbing dengan penuh kasih sayang (pujian ketika anak defakasi secara teratur dan tepat) maka anak mendapat pengertian bahwa pengeluaran feces adalah aktifitas yang penting dan menimbulkan sifat kreatif dan produktif.
3. Fase Falik (2/3 - 5/6 tahun)
Pada masa ini alat kelamin merupakan daerah erogen yang penting. Pada masa ini terjadi oedipus complex dan electra complex.Pada masa ini akan menimbulkan castration anxiety pada laki laki dan penis envy pada perempuan. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan. Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
4. Fase Latent (5/6 - 12/13 tahun)
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5. Fase Genital (12/13 - Dewasa)
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.


Sumber:
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press 
Santrock, John, W. (2010). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup(edisi 13 jilid I).